Selasa, 27 Januari 2009 | 21:13 WITA
BATULICIN, SELASA - Penurunan plang papan nama Desa Persiapan Dadap Kusan Raya berbuntut panjang. Sekitar 41 warga yang mengatasnamakan warga Desa Persiapan Tamunih dan warga Desa Persiapan Dadap Kusan Raya di wilayah Kecamatan Kusan Hulu serta warga Desa Persiapan Gunung Hatalau Meratus Raya Kecamatan Mantewe mendatangi kantor Bupati Tanah Bumbu (Tanbu) di Gunung Tinggi, Selasa (27/1).
Ketiga warga desa persiapan yang berada di lereng pegununugan meratus itu menyampaikan surat pernyataan sikapnya di hadapan Bupati Tanbu Zairullah Azhar beserta jajarannya kalau Camat Sungai Pinang Kabupaten Banjar dan Kepala Desa Belimbing Lama Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Banjar telah melakukan provokasi massa sehingga warga beraksi menirunkan plang papan nama Desa Persiapan Dadap Kusan Raya.
Aksi itu demo itu dilakukan setelah sebelumnya mereka mendemo Mapolres Tanbu terkait anggota Polres Tanbu yang melakukan pengamanan diusir paksa warga setempat beberapa waktu lalu.
Dihadapan Bupati Tanbu Zairullah Azhar mereka juga membacakan 10 butir sikap mereka yang diantaranya menolak SK Gubernur Kalsel Nomor 3 Tahun 2006 karena telah dibatalkan Mahkamah Agung RI Nomor : 26.P/HUM/2006.
Selain itu, sikap warga pendemo juga menolak bergabung dengan Kabupaten Banjar dan hanya bersedia menerima pelayanan dari Pemkab Tanbu. Mereka juga memohon Bupati Tanbu mendesak mendagri supaya memberikan keputusan terhadap batas wilayah Kabupaten tanbu dengan Kabupaten Banjar.
Sebagian Warga Masih Pro Kontra
Prokontra warga diwilayah Desa Persiapan Dusun Dadap Kusan Raya, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanbu , terkait status batas wilayah dua kabupaten yang disengketakan diungkapkan Kepala Desa Persiapan Dusun Dadap Kusan Raya, Muji alias Uji (33).
Ditemui sejumlah wartawan saat sedang berteduh hujan, Selasa (27/1) disamping kantor Bupati Tanbu, Jl Dharma Praja, Desa Gunung Tinggi, Kecamatan Batulicin, mengatakan “Kita datang kesini bukan untuk demo tapi hanya ingin mendiskusikan kejelasan masalah tata batas dengan pihak unsur muspida,” katanya dengan logat bahasa banjar Martapura yang mengaku lahir di Sungai Raya Pengaron Kabupaten Banjar ini.
Saat ditanya situasi dan kondisi terakhir didesanya, Muji menjelaskan hampir satu bulan ia tak berada di desanya, lantaran untuk mengamankan diri dulu. Alasanya ia merasa khawatir kalau didatangi preman yang diduga diback up oleh Polisi Resort Kabupaten Banjar.
“Jadi selama hampir satu bulan ini, terkadang saya beristirahat di Sungai Raya Pengarun tempat orang tua saya, terkadang di Banjarmasin, tempat keluarga dan ditempatnya Pa Camat Kusan Hulu, Hamsuri SH,” kata Muji.
Di Desa Persiapan Dadap Kusan Raya, yang dipimpinya bermukim 150 Kepala keluarga (KK) yang terbagi dalam tiga RT, yakni RT.01, RT02 dan RT03, yang rata-rata dari mereka bekerja sebagai petani dan pendulang emas.
Ketika ditanya lebih mendalam apa ada sumber daya alam didesanya, Muji dengan santai menjelaskan “Sepengtahuannya, sekitar 5KM dari Desa Temunih terdapat Biji Besi dan Emas,” katanya seraya mengharapkan keamanan dan kenyaman didesa yang baru dipimpinnyadiajmin pihak kemananan.
Sebelumnya mantan Kapolda Kalsel Brigjen Polisi Halba Rubis Nugroho pernah mengultimatum kedua Bupati, yakni Bupati Tanbu Zairullah Azhar dan Bupati Banjar Khairul Saleh apabila terjadi pertumpahan darah di wilayah perbatasan tersebut, kedua bupati akan ditangkap. (MUKHTAR WAHID/STB)
Buzz up!