Monday, March 26, 2007

Kesenian Dayak Terancam Punah

Jumat, 23 Februari 2007 01:10

Tanjung, BPost
Pemerintah Kabupaten Tabalong harus segera memerhatikan pengembangan dan pembinaan kesenian khas suku Dayak, karena kekayaan budaya ini terancam punah.

Keturunan suku dayak yang masih kuat memegang tradisi sulit ditemukan. Kalaupun ada, mereka umumnya masih tinggal di pedalaman yang sulit dijangkau.

Sementara warga dayak yang bermukim di kota umumnya kurang menguasai budaya asli moyangnya.

Kebanyakan generasi mudanya pun lebih memilih bekerja di sektor formal dari pada menjadi penerus kesenian di bawah binaan Dinas Pariwisata. Kasubdin Objek dan Daya Tarik Wisata Tabalong, Zain Ramali, menyatakan, kesulitan utama pihaknya kesulitan mencari tokoh dayak yang bisa mengajarkan seni dayak asli.

Kesenian itu seperti tari balian bulat, panjat manau serta kegiatan ritual lainnya. "Keterbatasan ekonomi membuat masyarakat adat sering enggan dibina.

Mereka lebih mengedepankan berladang atau bertani untuk menghidupi keluarganya," katanya.

Kalaupun saat ini masih bertahan, mereka yang menguasai kesenian adat terbatas tetuha adat. Mengatasi ancaman kepunahan itu, pemkab setempat berencana memasukkan kesenian dan budaya Dayak ke mata pelajaran lokal di sekolah.

Bahkan, Dinas Pariwisata juga akan digabung ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, agar pembinaan kesenian lebih optimal. Saat ini pariwisata tergabung dengan Dinas Perhubungan, menjadi Dishubpar.

Ketua Kerukunan Warga Dayak Tanjung, Dermi Uly tidak menepis sulitnya pengembangan budaya adat moyangnya itu. Pergeseran sistem dan prinsip hidup yang dianut, dari kaharingan menjadi umat beragama salah satu penyebabnya.

Namun ia berharap pemerintah bisa menyelamatkan budaya leluhur yang bersifat kesenian, seperti tarian atau ritual adat yang umum.

"Kita tidak bisa membendung perubahan itu. Tapi sebenarnya masih ada komunitas yang melestarikan seperti lembaga kesenian dayak di Warukin dan Upao. Jadi pemerintah tinggal membantu dana pengembangannya," tambahnya. nda

Warga Adat Minta Pindah Kabupaten

Rabu, 21 Februari 2007 03:31

Kandangan, BPost
Sebanyak 15 warga dari tiga balai adat di Desa Ulang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) yang bermasalah karena ber-KTP Hulu Sungai Tengah resmi mengajukan pindah menjadi warga Kecamatan Loksado, HSS.

Camat Loksado Eka Agus Surya Selasa (20/2) mengatakan surat keterangan pindah domisili dari HST sudah diterima pihaknya. Namun, belum ada penyerahan resmi dari HST.

Wilayah yang didiami warga di balai Kumuh I, Kumuh II dan Durian Gangan secara batas alam dan geografis masuk wilayah HSS.

Namun data kependudukan berasal dari Desa Kundan Kecamatan Hantakan HST. Batas antara Kecamatan Hantakan HST tepatnya Desa Kundan dengan Desa Ulang Kecamatan Loksado HSS adalah pegunungan Kalangisan yang memanjang memisahkan kedua wilayah.

Selain itu anak sungai yang mengalir di daerah kaki Gunung Malah adalah anak dari Sungai Amandit. Warga di ketiga balai ini mulai ber-KTP HST saat ada proyek perbaikan jalan dan perumahan di Desa Kundan Kecamatan Hantakan pada tahun 1994.

Meski diberi KTP HST, mereka justru tidak pernah ke Desa Kundan karena selain dihalangi Gunung Kalangisan juga faktor jarak, yang lebih dekat ke Desa Ulang. "Untuk menuju Kundan harus naik dan turun gunung dengan kemiringan hampir 180 derajat," terang Arani, Kepala Desa Ulang. ary

MENENGOK KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (2-Habis) Mimpi Dapat Rumah Baru

Rabu, 14 Februari 2007 01:18

DINGINNYA rembesan air hujan atau panasnya sinar matahari yang mengintip dari balik atap yang bolong, sekarang tak perlu terjadi lagi. Komunitas adat terpencil (KAT) Desa Riam Adungan Kecamatan Kintap kini sudah bisa tidur nyenyak di rumah barunya.

Masing-masing telah memiliki rumah sederhana yang kokoh. Rumah berukuran 5x6-an meter berkonstruksi kayu itu merupakan bantuan Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi, anggaran 2006. Lokasi permukiman menjadi jauh sekitar 300 meter dari jalan desa setempat yang merupakan lahan kosong.

Permukiman baru KAT Riam Adungan itu pemanfaatannya diresmikan Bupati Tala H Adriansyah, Jumat (9/2). Turut hadir Kapolres AKBP Sumarso, Dandim 1009/Plh Letkol Art Zainal Arifin, pejabat Dinsos Provinsi, Ketua Tim PKK Hj Jumini Adriansyah, dan sejumlah pejabat teras Tala.

Senyum sumringah menggurat di bibir KAT Riam Adungan. Mastaniah, misalnya, janda tua ini mengaku seperti mimpi bisa punya rumah baru. "Saya sangat senang dan berterimakasih kepada pemerintah." Jumlah rumah dibangun Dinsos Provinsi tahun 2006 sebanyak 50 unit dari usulan 100 unit.

Sesuai laporan Kades Riam Adungan Bahrani S, sekurangnya ada 100 KK sangat membutuhkan bantuan perumahan. Tidak hanya 50 unit yang dibangun tahun 2006. Lebih dari itu, juga dibangun satu unit balai pertemuan, rumah petugas, dan pos.

Program ini disertai pemberian jaminan hidup (jadup) satu triwulan, peralatan rumah tanggam bibit/benih tanaman, dan bibit ternak (itik japun dan alabio). Tahun ini melanjutkan pemberian jadup selama setahun (empat kali pengedropan) dan penyaluran bibit tanaman keras.

Diharapkan awal 2008 permukiman KAT telah mandiri sehingga pembinaannya bisa diserahkan kepada Pemkab Tala. Menopang kemandirian dan perbaikan taraf hidup KAT, tahun ini Dinsos berencana memberangkatkan beberapa orang ke Bogor guna mengikuti pelatihan budidaya tanaman pertanian, perkebunan, dan kerajinan tangan.

Namun, pembiayaannya diharapkan dari Pemkab Tala. Bupati Tala H Adriansyah berharap Dinsos melanjutkan program itu sehingga seluruh KAT mendapatkan rumah. Sebaliknya kepada KAT Riam Adungan, Aad meminta warga semakin giat bekerja. "Tanah di sini saya lihat subur sekali, jagung di pekarangan tumbuh subur. Nanti,

Distas akan membantu membudidayakan jagung."katanya.

Aad juga mengimbau sejumlah perusahaan penambang di sekitar Riam Adungan agar terus memberikan perhatiannya kepada warga. Tidak hanya membantu secara fisik (rehab/bangun fasilitas umum), tetapi juga bantuan non fisik untuk peningkatan sumberdaya manusia. Warga diminta agar menjaga kemitraan dengan kalangan pengusaha. Tanpa kehadiran pihak lain (pengusaha) kemajuan desa akan berjalan lamban. idda royani

MELONGOK KEHIDUPAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (1) Jalan Kaki Lima Pal Tiap Hari

Selasa, 13 Februari 2007 01:45

HIRUK PIKUK era milenium boleh terus menggetarkan bumi. Yang pasti, cahaya kemajuan zaman itu nyaris tak menjamah kehidupan komunitas adat terpencil (KAT) di Desa Riam Adungan Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut.

Mereka tetap hidup miskin dan terbelakang di tengah kian gemerlapnya dunia. Kayu bakar, lampu teplok, jalanan berlumpur, dan ladang berpindah tetap menjadi bagian dari keseharian KAT di desa itu.

Sejuk dan rindang. Suasana natural ini langsung terasa begitu memasuki Desa Riam Adungan yang berjarak 30-an kilometer dari jalan arteri nasional arah Pelaihari-Kintap. Semak perdu dan hutan menjadi pemandangan di sepanjang jalan menuju desa di bagian paling hulu Kintap itu.

Cukup melelahkan menuju permukiman KAT di Riam Adungan. Driver harus benar-benar cekatan jika tidak ingin mobil slip akibat licinnya jalan atau menubruk pepohonan yang menghiasi kanan-kiri badan jalan.

Rumah kayu kusam beratapkan daun nipah menjadi pemandangan dominan ketika mulai memasuki permukiman KAT. Rumah permanen, bisa dihitung dengan jari. Penuturan Kepala Desa Riam Adungan Bahrani S tercatat 110-an kepala keluarga di desa itu hidup miskin atau termasuk KAT.

Kehidupan mereka umumnya serba kekurangan, baik sandang, pangan, maupun papan. Mastaniah, misalnya. Kepada BPost, Jumat (9/2) pekan tadi, perempuan berusia 65-an tahun ini mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maklum, wanita tua ini kini hidup sendirian. Suaminya meninggal dunia sejak 30-an tahun silam.

Sementara anak sematawayangnya, Arbayah, sudah berkeluarga dan hidup bersama suami. Meski hidup terasa berat, Mastaniah tak pernah putus asa. Dengan fisiknya yang renta, ia tetap mencari nafkah sebagai buruh tani seperti menyiang (membersihkan) tanaman dengan upah Rp15 ribu sehari.

Itu pun tidak mudah, karena lokasi ladang umumnya cukup jauh dan harus ditempuh dengan berjalan kaki. "Hampir tiap hari saya mengambil upah menyiang. Ladangnya di balik hutan sana, ada lima pal jaraknya," tutur Mastaniah.

Buruh tani dilakoninya saat pasca tugal padi, seperti saat ini. Ia sendiri hingga kini tetap bercocok tanam padi meski hanya beberapa borong yang diperkirakan akan panen tiga bulan lagi.

Namun hasilnya tidak seberapa karena selalu diserang hama babi. Hasil panen tidak cukup untuk dimakan selama setahun sehingga harus menjadi buruh tani. idda royani

Tuesday, March 20, 2007

Dibentuk, Komunitas Saudagar Dayak-Banjar Pelantikannya Disaksikan Wapres Jusuf Kalla

Jumat, 5 Januari 2007 Radar Banjarmasin

BANJARMASIN - Tak lama lagi akan ada komunitas pengusaha baru di Kalsel dan Kalteng. Mereka ini menamakan komunitas tersebut sebagai "Saudagar Dayak-Banjar".

Sesuai namanya, komunitas ini akan beranggotakan orang asli Kalsel dan Kalteng yang bergerak pada usaha perdagangan. Rencananya, Saudagar Dayak-Banjar tersebut akan dilantik oleh Gubernur Kalsel Rudy Ariffin di Mahligai Pancasila Banjarmasin pada 21 Januari nanti. Istimewanya, pelantikan Saudagar Dayak-Banjar akan disaksikan oleh Saudagar Bugis yang juga Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.

Ketua KADIN Kalsel Endang Kesumayardi menepis jika Saudagar Dayak-Banjar merupakan pertanda ego kedaerahan para pengusaha. "Paguyuban para pengusaha daerah ini merupakan upaya bersama-sama untuk menggerakan perekonomian lokal," ujarnya kemarin.

Ketua KADIN Kalteng Ir B Saptanoesa Wenthe pun menjelaskan bahwa sebagian besar pengusaha di Kalteng adalah pada pengusaha kecil. Nah, dengan Saudagar Dayak-Banjar itu, diharapkannya akan saling berbagi pengalaman, mencari peluang, kemudian memanfaatkannya.

Dijelaskan Endang, para pengusaha lokal Kalsel dan Kalteng sudah memiliki komitmen menjadi tuan rumah sendiri di Bumi Kalimantan yang sumber daya alamnya melimpah ruah. Dia menegaskan, tak mau lagi kekayaan alam Kalimantan malah dinikmati pengusaha luar sebagaimana saat usaha kayu menjadi primadona di Kalimantan. Habis kayu maka pengusaha ini meninggalkan Kalimantan tanpa peduli dengan kehidupan masyarakat. "Saat ini, pertambangan batubara lagi booming. Kami tak mau hanya menikmati debunya saja," tegasnya.

Karena itulah pada saat bertatap muka dengan Wapres Jusuf Kalla nanti, Endang akan menitipkan prioritas pembangunan di Kalimantan yang bersandar pada usaha pertambangan, perkebunan, dan infrastruktur. (pur)