Senin, 14-04-2008 | 00:59:14
SEBAGAI desa terpencil, Desa Ajung di Kecamatan Tebing Kabupaten Balangan sangat minim fasilitas. Selain kondisi jalan masih memprihatinkan, desa setempat juga belum teraliri listrik dari PLN.
Agar warga desa yang masih melestarikan adat sebagai komunitas Dayak itu tidak ketinggalan informasi dan bisa maju lebih cepat, pemerintah berupaya memberikan fasilitas ekstra. Sejak akhir tahun 2007 lalu, 100 kepala keluarga (KK) di desa setempat rumahnya dipasangi modul pembangkit listrik tenaga surya. Modul atau alat yang mirip antena parabola berbentuk segi empat itu terpasang di hampir tiap rumah di desa setempat.
Sebelumnya, warga desa sudah bisa menikmati tontonan di televisi dengan menggunakan genset. Namun, penggunaannya terbatas karena bahan bakar yang harus dibeli dari kota dan relatif boros.
Dengan modul pembangkit listrik tenaga matahari itu, warga tidak lagi mengeluarkan uang. Mereka cukup merawat dan membersihkan perangkat modul yang terdiri dari lempengan penangkap panas sinar matahari yang dihubungan dengan kabel dan kotak khusus seperti tabung aki untuk menampung arus listrik.
Modul berdaya 100 watt itu bisa digunakan semalaman jika sekadar menyalakan lampu penerangan. Tapi bila menyalakan televisi harus menambah daya dengan menggabungkan dua modul.
“Ya sekarang kada kadap (gelap) lagi. Dahulu kadada listrik terpaksa pakai lampu minyak. Tapi setelah ada alat itu, bisa menghidupi lampu,” kata Bi’ih, warga Pitap.
Penggunaan 100 modul pembangkit listrik tenaga surya untuk 100 KK di desa setempat, Kamis lalu diresmikan Gubernur Kalsel, HM Rudy Arifin. Menurut Rudy, modul tersebut bantuan dari Dinas Pertambangan dan Energi dalam rangka pengentasan masyarakat desa terpencil.
Selain modul listrik, Rudy juga meresmikan permukiman Komunitas Adat Terpencil (KAT) Dayak Pitap. Sebanyak 100 unit rumah kayu berukuran 5x6 meter persegi dibangun di sebelah barat desa untuk menampung warga yang tidak memiliki rumah.
Selama ini masih ada sebagian warga dayak yang tinggal di hutan atau di kebun karet dan tanah pertanian yang digarapnya sekaligus untuk menjaga kebun dari serangan binatang hutan. Kondisi itu membuat kehidupan mereka kurang layak.
Dengan dibangunnya permukiman yang semi permanen, setidaknya diharapkan warga punya rumah untuk pulang. Hal itu sekaligus untuk mengurangi aktivitas warga pedalaman yang suka berpindah-pindah sehingga berdampak terhadap lingkungan, khususnya hutan.
“Dengan bantuan ini bukan berarti menghilangkan kelestarian seni budaya warga yang terbiasa hidup di hutan. Seni budaya itu tetap ada, tapi taraf kehidupan warganya lebih baik,” kata Rudy.
Pada kesempatan itu Gubernur Kalsel Rudy Ariffin ditahbiskan sebagai warga kehormatan suku dayak Pitap Ajung. Itu sebagai penghargaan karena dia satu-satunya gubernur Kalsel yang pernah datang dan melihat kondisi perkampungan dayak setempat yang terpencil. Untuk itu Kepala Adat, Rahmadi menyerahkan sebilah mandau dan lanjung--tas warga dayak, serta ikat kepala dari kain. (anjar wulandari)
No comments:
Post a Comment