Kamis, 18-10-2007 | 01:05:38
SELASA (16/10), rumah balai adat suku Dayak di Kecamatan Sungai Durian tampak ramai. Ratusan warga berkumpul di balai merayakan keberhasilan panen padi.
Pada salah satu ruangan di tengah balai itu terdapat langgatan yaitu tempat upacara adat, di dalamnya dipenuhi janur kuning, tumpukan padi serta selendang dan gelang hiang.
Tiga pria paruh baya mengenakan sarung dan bertelanjang dada tak henti-hentinya membawakan tarian adat mengitari langgat itu.
Lama kelamaan suara gendang, salung dan gong yang mengiringi tarian itu makin keras. Para penari seoalah kesurupan.
Mantera berbahasa Dayak juga menggema ditengah upacara adat itu. Sesekali penari mendongakkan kepala sambil menggerakkan gelang hiang.
Ketiga pria itu baru saja membawakan tarian adat, sebagai ungkapan rasa syukur panen mereka berhasil.
Tarian itu hanya dilakukan pada malam hari. Siangnya diselenggarakan ritual lainnya seperti menyembelih hewan korban berupa kambing. Dagingnya dimasak lalu dimakan bersama-sama.
Upacara adat dipimpin kepala suku selama tiga hari berturut-turut dengan mengikutsertakan semua suku Dayak di sekitar Sungai Durian.
Upacara adat ini selalu dilakukan setiap tahunnya dengan mengundang suku Dayak dari daerah lain sebagai bentuk eratnya ikatan persaudaraan antarsuku Dayak.
Suku dayak yang bermukim di kawasan tersebut jumlahnya cukup banyak, terdapat ratusan kepala keluarga. Kehidupan mereka tidak jauh dari alam berupa sungai hingga dataran tinggi pegunungan kapur.dhonny harjo saputro
No comments:
Post a Comment