Sunday, 10 June 2007 01:44
TANJUNG, BPOST - Sejumlah tokoh adat di Desa Warukin, Kecamatan Tanta, Tabalong berharap pemerintah turut campur dalam melestarikan budaya dayak rumpun Manyan, dengan memasukkan tarian adat dayak ke dalam kurikulum tambahan di sekolah-sekolah.
2008 Masuk Muatan Lokal
Ardi Nantau, warga dayak yang masih kuat menganut Kaharingan mengingatkan masyarakat agar memisahkan kesenian dayak dengan kepercayaan kaharingan. Menurutnya, masih banyak kesenian yang bersifat menghibur namun tetap menunjukkan keagungan budaya masyarakat dayak.
"Memang asal budaya ini dimulai dari nenek moyang yang menganut kaharingan. Tapi tidak peduli kepercayaan apa, pelestarian tetap penting. Kalau kita terpaku pada hal itu, kita akan kehilangan budaya kita yang besar," tandasnya.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tabalong Abdel Fadillah, mengatakan pihaknya memang sudah merencanakan memasukkan kesenian dayak sebagai pelajaran tambahan baik di sekolah tingkat dasar dan atas. "Sekarang tahap identifikasi kesenian dayak khas yang dapat diajarkan kepada siswa. Target kami 2008 sudah masuk muatan lokal di sekolah-sekolah," tandasnya. nda
Mereka menilai, makin sulit mencari generasi muda yang mahir membawakan tarian dayak warisan leluhur yang sakral. Dikhawatirkan budaya daerah ini hilang karena kalah dengan budaya luar.
"Sekarang banyak anak muda lebih suka hal yang berbau modern seperti band dan musik dangdut," keluh Andreas, tokoh seniman yang juga Ketua Sanggar Tari Mantunen Desa Warukin, akhir pekan tadi.
Dengan menyenangi musik dan tarian modern, ia menilai pemuda dayak Tabalong sulit tampil di even nasional apalagi internasional. Berbeda bila mereka memperdalam kesenian adat warisan leluhur yang selalu mendapat tempat terhormat di kalangan seniman maupun masyarakat umum dalam dan luar negeri.
Ia optimis dijadikannya tarian dayak sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah akan membantu pelestarian budaya dayak Manyan di Tabalong.
"Tari adat yang kita kembangkan sudah dimodifikasi agar lebih diterima dan fleksibel penampilannya. Jadi tidak ada lagi hubungannya dengan ritual suku dayak yang dulu menganut Kaharingan," paparnya.
Disebutkan Andreas tarian adat yang kini dalam kondisi kritis pelestariannya seperti tari giring-giring atau tarian menyambut tamu, tari gelang dadas dan bawu, tari selendang, tari bundar dan tari mandau yang biasanya ditarikan saat perang atau saat upacara pendirian baluntang.
Tarian tersebut sulit dikembangkan karena biasanya hanya ditampilkan saat ritual adat. Musik ini konon sarat dengan mistik yang bisa membuat kesurupan. Di Desa Warukin, saat ini relatif sulit mencari anak-anak muda yang mau belajar tarian dayak. Sanggar tari Mantunen yang berubah nama menjadi Batung Mirah Putut Belang San Solokan Lawe merupakan satu-satunya sanggar tari yang masih bertahan dengan anggota cuma 30 orang.nda
No comments:
Post a Comment