Minggu, 08 Oktober 2006 00:04
Hadirnya lukisan perahu pada beberapa media penguburan masyarakat Dayak tak lepas dari upacara tiwah mengantar roh leluhur yang telah mati yang hingga kini masih lestari di pedalaman Dayak, Kalimantan Tengah. Walaupun memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan upacara kematian di provinsi lain, hingga kini tiwah belum diberdayakan sebagai aset pariwisata dan budaya daerah.
Misalnya di Desa Penda Barania, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng), sekitar 45 kilometer dari Palangkaraya, dengan menyusuri Sungai Kahayan, rangkaian tiwah berlangsung masih asli.
Ratusan sanak famili dari nenek moyang yang ditiwahkan berduyun-duyun datang ke Desa Penda Barania dengan menggunakan perahu kelotok. Tidak terlihat wisatawan luar daerah yang khusus mengunjungi kegiatan langka tersebut.
Rangkaian tiwah terdiri dari 14 tahapan yang digelar selama dua bulan. Ritual pertama dimulai dengan mendirikan Balai Nyahu (rumah tulang belulang leluhur) hingga tahap terakhir Uluh Balian Buli (memulangkan pemuka agama)
Ritual Tabuh diselenggarakan dengan menombak kerbau sekitar 14 ekor. Tabuh I bertujuan menyatukan roh dari unsur Liau Balawang Panjang (roh dari unsur bapak). Selanjutnya Tabuh II akan menyatukan roh Liau Karahang Tulang (roh dari unsur ibu) dan Tabuh III menyatukan unsur bapak dan ibu dengan roh Liau Panyalumpak (unsur roh dari Yang Kuasa). ncu/kcm
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Saturday, October 14, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment