Friday, October 13, 2006

Aruh Balanggatan Suku Dayak Atiran (1)

Minggu, 24 September 2006 23:09:32
Minta Panjang Umur Dan Dilimpahkan Rezeki

Suara gendang yang ditabuh dengan syair menyayat hati menyeruak kegelapan malam. Saat itu jarum jam telah menunjukkan pukul 22.30 Wita. Beberapa pria paruh baya dengan pakaian adat tampak terlihat duduk mengelilingi papan langgatan yang merupakan bangunan sesembahan.

Sementara itu, kaum wanitanya menghentak-hentakkan kaki sambil menari mengelilingi bangunan empat persegi yang dipenuhi aneka macam makanan sesembahan. Prosesi itu mereka lakukan dengan penuh kekhidmatan.

Mereka adalah suku dayak balai adat Desa Atiran Kabupaten HST yang kemarin malam, Minggu (24/9) telah merampungkan proses Aruh Balanggatan sebagai tanda syukur dipanjangkan umur dan doa menghadapi musim tanam supaya kembali dilimpahkan rezeki.

"Dengan aruh ini kami minta pada Yang Maha Kuasa agar kami dikaruniai kesehatan, kemudahan rezeki dan keberhasilan dalam bercocok tanam kembali," ujar Rajuddin, ketua panitia Aruh Balanggatan.

Digelar selama enam hari enam malam, sejak Selasa (12/9), seluruh warga adat desa Atiran berkumpul di balai ini untuk melaksanakan rentetan ritual yang menurut mereka tidak boleh dikurangi dan ditambah.

Rentetan ritual tersebut sebut Rajuddin dimulai sejak Selasa siang dimana seluruh warga Atiran yang melaksanakan aruh itu berkumpul di balai adat dengan membawa serta seluruh keluarganya. Mereka akan berada disini selama enam hari enam malam mengikuti seluruh rangkaian ritual.

Saat malam harinya, ritual pertama dilaksanakan dengan acara yang mereka namakan aruh adat dengan leluhur, datu-datu mereka yang ada di alam sana.

Sambil baiigal (menari) mengelilingi bangunan persegi yang ada di tengah balai, para tokoh adat menganggap ini sebagai ritual pembuka dimana para peserta aruh secara bergantian menari berkeliling.

Pada malam itu selamatan pertama dimulai dengan mempersembahkan satu lonjor kue lemang yang mereka sembahkan kepada leluhur mereka. Keesokan harinya, kue lemang kembali dibuat untuk dipersembahkan lagi kepada leluhur dengan cara diletakkan di bawah papan langgatan.

Pada malam hari berikutnya, para peserta aruh akan mencuci beras ketan untuk dimasak menjadi lemang dengan acara yang sama seperti yang dilaksanakan pada malam pertama.

Hari ketiga, ritual bergeser pada papan langgatan ke dua yang akan diturunkan dimana posisinya di belakang papan langgatan pertama. wahyudi rachman

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: