Sunday, December 30, 2007

Dayak Dusun Siap Gelar Pawanangan

Senin, 26 November 2007
Radar Banjarmasin

KOTABARU – Salah satu khasanah budaya yang dimiliki Kotabaru adalah acara adat yang dimiliki oleh suku Dayak Dusun yang tinggal di kecamatan Sungai Durian. Biasanya upacara adat tersebut dilaksanakan setiap menjelang musim panen dan biasanya disebut upacara Pawanangan oleh suku dayak yang tinggal di kaki gunung Meratus.

Dalam acara tersebut setiap kali memasuki puncak acara selalu ditampilkan tarian khas suku dayak tarian Babalian.

Musian, tokoh adat masyarakat Dayak Dusun di sana akrab dipanggil Pa Ida, mengungkapkan upacara adat dilaksanakan tiga kali dalam setahun. Saat pelaksanaan ritual dipersiapkan kue-kue dan wewangian, juga beberapa jenis makanan seperti Lamang, Dodol, Wajik, Cucur, serta Pais yang dibungkus dengan daun aren.

Selanjutnya, pelengkap ritual wewangian di siapkan di saat sudah dekat menjelang puncak pesta adat, seperti bawang, jahe, dan jenis-jenis wewangian lainnya lainnya.

Sedangkan hewan yang dipotong dalam upacara itu, tahun pertama menjelang musim panen akan di potong seekor ayam, tahun kedua kambing, dan tahun ketiga kerbau. Ritual ini terus dilaksanakan secara berurutan dari musim panen pertama, kedua, dan ketiga dalam setahun.

Apabila hasil panen melimpah upacara adat yang diwarnai tarian Babalian adat suku Dayak Dusun, pemotongan hewan bisa lebih dari satu. Tapi kalau musim panen kurang atau gagal upacara adat Pawanangan tetap dilaksanakan, namun disesuaikan kemampuan.

“Hasil panen melimpah atau tidak acara adat ini tetap dilaksanakan. Karena bagi masyarakat kami upacara adat Pawanangan ini wajib dilaksanakan setiap tahunnya,” jelas Pa Ida.

Untuk persiapan upacara adat tahun ini 208 kaleng padi dibagikan kepada fakir miskin, dengan biaya sebesar Rp13 juta. (ins)

Monday, December 17, 2007

Aruh Adat, Syukuri Hasil Panen

Rabu, 7 November 2007


Radar Banjarmasin
BATULICIN,- Warga adat Desa Tamunih Kecamatan Kusan Hulu (Lasung) menggelar aruh adat di kantor desa setempat. Ritual adat itu digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas melimpahnya hasil panen yang didapat serta ungkapan terima kasih terhadap rejeki yang diberikan oleh Sang Pencipta.

Aruh adat warga Desa Tamunih itu dilaksanakan selama lima hari lima malam, terhitung sejak tanggal 31 Oktober hingga tanggal 4 November 2007 lalu, dan diikuti ratusan warga sekitar balai adat.

Dari pantauan koran ini, sejumlah ibu rumah tangga dan remaja putri terlihat menyiapkan berbagai hidangan. Sementara itu, kaum lelaki dibantu remaja putera nampak menyiapkan berbagai keperluan ritual adat.

Disela-sela kegiatan aruh, warga setempat terlihat melakukan ratian massal dengan mengelilingi Langgatan atau sebuah sesajen berupa bangunan kayu yang dihiasi janur (daun kelapa muda) dan diberi beberapa sesajen dari hasil bumi warga.

Tarian yang diikuti sejumlah orang tua laki-laki dan wanita serta remaja putera dan putri dengan iringan tetabuhan tradisional antara lain gendang, serunai (terompet tradisional, red) dan gong.

Ada dua serunai yang dimainkan oleh dua orang laki-laki dewasa yang seirama dengan suara gendang yang juga dimainkan oleg dua orang laki-laki dewasa. Sementara itu, satu buah gong dimainkan oleh laki-laki paruh baya.

Menurut Damang Adat Desa Tamunih, Pamung, tarian massal yang disebut Tarian Bangsai ini dilakukan warga sebagai bentuk kegembiraan mereka atas melimpahnya hasil panen serta rejeki yang diperoleh warga selama satu tahun.

“Meski pelaksanaan aruh adat tersebut dikemas dalam kesederhaan, namun tidak mengurangi kekhusyuan warga dalam melaksanakan ritual adat di Balai Adat Tamunih yang baru digunakan pada aruh adat tahun ini,” ungkap Kepala Desa Tamunih Kecamatan Kusan Hulu, Taufik Hadarani.

Taufik Hadarani mengatakan, pelaksanaan aruh adat yang digelar warganya memang terkesan sederhana, namun mengandung makna yang sangat dalam bagi warga setempat.

Karena dinilai sangat perlu, Balai Adat Tamunih dibangun oleh warga secara bergotong royong. Karena penggunaan balai adat yang sangat mendesak, maka untuk sementara bagian lantai dan dinding balai dibuat dari bambu. (kry)

Wednesday, December 05, 2007

Warga Pedalaman Harapkan Kunjungan Dewan

Sabtu, 03-11-2007 | 22:29:45

BARABAI, BPOST - Warga Desa Sumbai, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) sangat mengharapkan kunjungan anggota DPRD. Sejak pemilu 2004, warganya mengaku tak pernah dikunjungi wakil yang dipilih mereka.

Khususnya para wakil dari daerah pemilihan (Dapil) IV (Batang Alai Selatan, Batang Alai Timur, Batang Alai Utara dan Limpasu). Setelah wakil rakyat itu menduduki kursi legislatif, hingga tiga tahun berjalan, menurut warga tak sekalipun mengunjungi desa Sumbai.
Sadriansyah, tokoh masyarakat Desa Sumbai menyatakan prihatin dengan sikap anggota dewan. Padahal untuk mencapai Desa Sumbai, tidak harus jalan kaki. Medan yang dilewatipun masih memungkinkan ditempuh dengan kendaraan roda dua.
Sebagai warga yang memilih mereka sambung Sadri, tidaklah berlebih jika warga juga berharap mereka memperhatikan rakyat pemilihnya.
“Meski untuk menjaring aspirasi tidak perlu datang langsung ke desa-desa, namun alangkah baiknya kalau dewan juga menyerap aspirasi langsung dari warga pemilihnya. Masa satu kalipun tidak bisa menyempatkan waktu mengunjungi desa kami,” tandasnya.
LSM Pancar Kasihan, yang berpusat di Desa Hinas Kiri, Kecamatan BAT, menyatakan kehadiran para wakil rakyat semasa reses, cuma sampai di Desa Hinas Kiri, Sedangkan desa-desa pedalamannya belum pernah.
Desa Sumbai hanya berjarak sekitar lima kilometer dari Hinas Kiri, dan bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua. Ketua LSM Pancar Kasihan, Kosim, menuturkan, selain Desa Sumbai, ada beberapa desa di atas Hinas Kiri yang menunggu kunjungan anggota DPRD, khususnya mereka dari daerah pemilihan Batang Alai Timur.
Desa-desa tersebut, Batu Perahu, Juhu, Aing Bantai, Buhul, Sumbai, Muara Hungi dan Atiran. “Desa-desa ini dihuni oleh warga dayak,” ujarnya.
Menurut catatan BPost, anggota dewan dari pemilihan itu adalah H Hasnan Matnuh (PPP), H Ruspannor (PKPB), Nanang Fauzi (PAN), Mukti Bachtiar (PBR), Ahmad Yarni (Golkar), HM Mawardi Tarmum (PBB) dan Ilham Malik (PKS).
Beberapa anggota dewan itu mengakui belum pernah mengunjungi desa-desa terpencil, dengan alasan banyak tugas dan sempitnya waktu reses, sehingga tidak semua desa bisa dikunjungi.
“Kami mohon maaf jika tidak semua desa sempat dikunjungi. Mudah-mudahan lain waktu bisa,” kata Ilham Malik dari PKS. yud

Bawanang Upacara Adat Suku Dayak, Ungkapan Syukur Usai Panen Raya

Kamis, 18-10-2007 | 01:05:38

SELASA (16/10), rumah balai adat suku Dayak di Kecamatan Sungai Durian tampak ramai. Ratusan warga berkumpul di balai merayakan keberhasilan panen padi.

Pada salah satu ruangan di tengah balai itu terdapat langgatan yaitu tempat upacara adat, di dalamnya dipenuhi janur kuning, tumpukan padi serta selendang dan gelang hiang.
Tiga pria paruh baya mengenakan sarung dan bertelanjang dada tak henti-hentinya membawakan tarian adat mengitari langgat itu.
Lama kelamaan suara gendang, salung dan gong yang mengiringi tarian itu makin keras. Para penari seoalah kesurupan.
Mantera berbahasa Dayak juga menggema ditengah upacara adat itu. Sesekali penari mendongakkan kepala sambil menggerakkan gelang hiang.
Ketiga pria itu baru saja membawakan tarian adat, sebagai ungkapan rasa syukur panen mereka berhasil.
Tarian itu hanya dilakukan pada malam hari. Siangnya diselenggarakan ritual lainnya seperti menyembelih hewan korban berupa kambing. Dagingnya dimasak lalu dimakan bersama-sama.
Upacara adat dipimpin kepala suku selama tiga hari berturut-turut dengan mengikutsertakan semua suku Dayak di sekitar Sungai Durian.
Upacara adat ini selalu dilakukan setiap tahunnya dengan mengundang suku Dayak dari daerah lain sebagai bentuk eratnya ikatan persaudaraan antarsuku Dayak.
Suku dayak yang bermukim di kawasan tersebut jumlahnya cukup banyak, terdapat ratusan kepala keluarga. Kehidupan mereka tidak jauh dari alam berupa sungai hingga dataran tinggi pegunungan kapur.dhonny harjo saputro

Sunday, December 02, 2007

Warga Pitap Ancam Gugat Polisi

Kamis, 20-09-2007 | 01:02:16

  • Terkait Penangkapan Saat Aruh Adat

BANJARBARU, BPOST - Karena permintaan agar 19 aparat Polres Balangan dan Polsek Awayan diproses hukum tak ditanggapi, masyarakat Adat Dayak Pitap mengancam membawa masalah ini ke jalur hukum.

Seperti pernah diberitakan, polisi berupaya menangkap seorang warga, Rumaidi. Namun warga mengangap penangkapan itu mengakibatkan terhentinya prosesi Aruh Adat Bawanang yang dilaksanakan di Desa Kambiyain, Kecamatan Awayan. 
Sejumlah perwakilan Lembaga Adat Masyarakat Dayak Pitap Kecamatan Tabing Tinggi Kabupaten Balangan didampingi aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) di markasnya Jalan Nuri Banjarbaru, Rabu (19/9) menyatakan akan menuntut polisi ke jalur hukum formal.
Warga menganggap petinggi kepolisian tak memiliki itikad baik menyikapi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan aparatnya terhadap masyarakat Adat.
Lebih dari 14 hari dari surat protes yang mereka sampaikan kepada Polda Kalsel dalam aksinya ke Mapolda Kalsel 25 Agustus lalu, tak ditanggapi. Bahkan, sidang adat pun tak dihadiri aparat.
“Kami masyarakat Adat Dayak Pitap tidak akan kompromi lagi. Langkah gugatan terpaksa kami lakukan karena sepertinya tidak ada itikad baik dari pihak kepolisian,” ucap Murdi, Kepala Adat Dayak Pitap Balangan.
Dasar gugatan, jelas Murdi selain tak adanya itikad baik, sebagai warga negara Indonesia pihak masyarakat adat merasa telah diperlakukan tak adil dalam menjalankan ibadah sesuai kepercayaan yang secara tegas dilindungi UUD 1945.
Polisi dianggap telah melanggar pasal 4 UU No 2/2002 tentang tugas dan tujuan Polri sebagai pelindung, pengayom dan pelayanan serta berupaya menjaga ketentraman masyarakat sesuai HAM. niz
baca juga:

Dia Penjahat Berbahaya

Kapolres Balangan AKBP Iswahyudi melalui Kasatreskrim AKP Yudi Ridarto menyatakan tak gentar dengan  ancaman gugatan tersebut. “Negara kita negara hukum. Silakan saja melakukan gugatan. Kita siap melayani,” ucap Yudi via ponsel.
Mantan Kapolsekta Banjarbaru ini menandaskan  yang dilakukan  pihak kepolisian sudah sesuai prosedur. Pendekatan terhadap ketua adat juga telah dilakukan. Jika masyarakat seperti tokoh adat tidak mau bekerja sama, kata Yudi malah bisa dianggap melindungi penjahat.
Apalagi janji menyerahkan Rumaidi hingga kini tidak dipenuhi. Padahal, Rumaidi, masuk Daftar Pencarian Orang.
Dia diduga penjahat berbahaya yang terlibat sejumlah aksi perampokan mobil box di Balangan dan  pembunuhan seorang polisi dan saat ini terus dicari keberadaannya. nda