Tuesday, August 08, 2006

HARI MASYARAKAT ADAT Manusiakan Mereka!

Banjarmasin Post; Rabu, 09 Agustus 2006 02:32:16

Dulu, masyarakat adat hidup damai dan selaras dengan alam. Beragam kearifan mereka tuangkan demi terciptanya harmonisasi hidup. Namun, kini mereka tergilas oleh bergeraknya gerbong industrialisasi.

Di Kalimantan Selatan terdapat sedikitnya 800 komunitas adat Dayak yang sebagian besar masih hidup terpencil. Saat ini mereka terengah-engah dihantam oleh perubahan. Mereka terus mencoba bertahan hidup di tengah aksi perampasan hasil alam.

Paheri Noor, Komisioner Hak Masyarakat Adat Komnas HAM mengatakan, perlindungan dan advokasi untuk menjamin pemenuhan hak-hak mereka masih belum dilakukan secara maksimal. "Secara nyata yang menimpa suku Dayak di Kalimantan adalah upaya marginalisasi, alienasi dan diskriminasi," ujarnya kepada BPost Jakarta, Selasa (8/8).

Paheri mengungkapkan dalam pertemuan di Pontianak, beberapa waktu lalu, komunitas adat Dayak Kalimantan tidak lagi mengaku adanya hutan milik negara. "Hutan itu milik masyarakat adat, negara hanya melindungi," tegasnya.

Tidak banyak yang tahu termasuk komunitas adat terpencil (KAT), Rabu (9/8) ini adalah Hari Masyarakat Adat Se-Dunia (Indigenous People’s Day). Meski peringatan ini telah ditetapkan dalam resolusi PBB yang dikeluarkan sejak 1994, namun pemerintah pertama kali baru memperingatinya besok. Tragis memang.

Dalam rangkaian acara, hari ini digelar pameran foto KAT di Hotel Four Seasons, Jakarta. Untuk Kalimantan diwakili fotografer BPost, Fikria Hidayat. Dia menampilkan sejumlah foto yang merekam dan melukiskan kondisi keterpinggiran komunitas adat Dayak Kalimantan.

Rondang Siahaan, Direktur Pemberdayaan KAT Departemen Sosial RI mengatakan, pemerintah tidak bisa lagi menggunakan pendekatan klasik seperti memberikan pemukiman baru agar masyarakat adat memiliki akses perubahan, tetapi memberikan perlindungan dari ancaman industrialisasi.

"Setiap perubahan yang masuk ke KAT mulai sekarang harus memiliki pendekatan baru, intinya perubahan harus berciri khas setempat dan bersanding dengan kearifan lokal," ujarnya.

Komunitas adat boleh bergembira dengan penghormatan formal terhadap keberadaan mereka. Diharapkan, pemerintah akan lebih berupaya meningkatkan taraf hidup dan memberi perlindungan serta advokasi untuk menjamin pemenuhan hak-hak sosial budaya adat.

Semoga. fik

Friday, August 04, 2006

Dayak Loksado Ancam Turun Gunung

Jumat, 04 Agustus 2006 00:33:17

Kandangan, BPost - Warga Dayak Loksado mengancam akan melakukan aksi turun gunung apabila proyek jalan di Haratai senilai Rp1,5 miliar lebih tidak dilaksanakan secara transparan.

Sukartoni, Pembakal Haratai didampingi tokoh adat Haratai Kitat dan fasilitator mereka Rakhmat Iriady, Kamis (3/8) mendatangi Redaksi BPost untuk menyerahkan sebuah surat pernyataan.

Dalam pernyataannya yang ditandatangani Sukartoni dan Kitat, meminta kontraktor yang akan mengerjakan proyek jalan di daerah adat Loksado seperti Haratai I sampai Haratai III agar benar-benar bonafit dan profesional.

Pasalnya, mereka telah mencium nama kontraktor yang akan mengerjakan proyek tersebut. Padahal proyek Haratai sampai saat ini belum dilakukan lelang oleh Dinas PU HSS.

"Kita minta kontraktor yang mengerjakan proyek ini tidak asal-asalan. Kami mendengar isu tak sedap, kontraktor yang mengerjakan proyek ini hanya akan menggunakan cangkul dan sekop, bukan menggunakan buldoser atau eksavator sebagaimana mestinya," ujar Sukartoni.

Warga Dayak Loksado mendukung penuh pernyataan Bupati HSS di Harian Banjarmasin Post beberapa hari lalu untuk memberantas maraknya KKN antara pimpro dan kontraktor.

Apabila pernyataan sikap warga Dayak Loksado ini tak disikapi dengan serius, mereka siap turun gunung ke Kandangan melakukan aksi demo ke Pemkab HSS.

"Ini demi terciptanya pembangunan di HSS seperti yang didambakan selama ini," ujar Sukartoni.

Pernyataan sikap warga Dayak Loksado ini juga ditembuskan ke Bupati HSS HM Safi’i dan Ketua DPRD HSS Ardiansyah.

Rakhmat Iriady berharap, proyek di daerah pedalaman jangan dilakukan asal-asalan. Mentang-mentang jauh dari pengawasan lalu dikerjakan seadanya dan dianggap remeh.

Sementara Kadis PU HSS Taufik Rachman ketika dikonfirmasi mengatakan, proyek di Haratai belum ada ketentuan siapa yang menang. "Proyek itu masih tahap lelang, saat ini masih tahapan evaluasi, memang ada urutan kontraktor yang ikut lelang nomor satu, dua dan tiga namun belum ada ditentukan siapa pemenangnya," terang Taufik.

Ditanya tentang rencana pengerjaan proyek itu secara manual, Taufik membantah. "Itu tidak benar, spesifikasi pengerjaan proyek itu tidak secara manual tapi menggunakan alat berat," tandasnya. ary